Mengajar dengan Sepenuh Jiwa | Refleksi Hari Guru

Guru adalah profesi yang sangat mulia sehingga seorang sahabat nabi yang mendapatkan gelar gerbangnya ilmu (Baabul Ilmi), yakni Sayyidina Ali r.a pernah berkata “Aku adalah budak (hamba sahaya) bagi orang yang mengajariku walau hanya satu huruf”.

Kemuliaan seorang guru ini pun mendapat penghargaan dari Allah SWT dan para malaikat serta seluruh penduduk langit dan bumi yang senantiasa bersholawat bagi pengajar kebaikan. Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan darimi yang  berbunyi : “Sesungguhnya Allah SWT dan malaikat2nya, para penghuni langit dan bumi, hingga semut di lubangnya dan ikan hiu. Mengucapkan do’a kepada pengajar kebaikan terhadap manusia”

Profesi guru yang sangat mulia ini hendaknya disertai juga dengan akhlak mulia yang dimiliki oleh seorang guru. Menjadi guru bukan hanya sekedar profesi melainkan menjadi guru adalah sebuah pengabdian yang didasari dengan keikhlasan. Memilih profesi sebagai guru berarti siap dan rela mewakafkan diri kita untuk pendidikan dan peradaban manusia.

Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa mendidik adalah memanusiakan manusia. Guru sebagai pendidik akan memperlakukan muridnya dengan baik dengan penuh cinta dan kasih sayang sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan. Memanusiakan manusia juga berarti menyadarkan murid untuk menyadari esensi dirinya sebagai khalifah fil ardhi. Pemimpin di bumi yang menebar cinta dan kasih sayang demi perdamaian dan  peradaban manusia.  Pembawa Rahmah bagi alam semesta.

Imam Al Ghazali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin memberikan petunjuk bagi para guru dalam memperlakukan murid2nya. 

Yang pertama adalah menganggap mereka seperti anak sendiri. Seorang guru yang menganggap muridnya sebagai anak sendiri tidak akan pilih kasih dan senantiasa mendidik dengan ikhlas tanpa pamrih. Sebagaimana orang tua yang rela berkorban jiwa dan raga demi kebaikan dan kemulyaan anak-anaknya.

Yang kedua adalah Meneladani Rasulullah. Hendaknya guru dalam mendidik dapat meneladani sikap Rosululloh SAW. Salah satu sikap yg dimiliki Rosululloh sehingga beliau berhasil dalam mendidik seluruh ummat manusia adalah prilakunya yg lemah lembut sebagaimana dalam ayat Al Qur’an surah Ali Imran ayat 159    :

فبما رحمة من الله لنت لهم

Maka disebabkan Rahmat Tuhanmu lah engkau (Muhammad) berprilaku lemah lembut terhadap mereka.

Kelembutan hati Rosululloh dapat menjadi  teladan bagi para guru dalam memperlakukan murid2nya. Seorang guru yang  berprilaku lemah lembut kepada murid- muridnya akan dengan mudah mengajak dan membimbing mereka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan kebaikan bagi kehidupan dunia dan akhiratnya.

Ketiga adalah Memberi nasehat untuk masa depan murid sehingga mereka mempunyai motivasi untuk meraih kesuksesan. Adapun kesuksesan yang diperoleh itu adalah dengan cara yang baik bukan dengan cara yang fasik sehingga mereka  menjadi manusia paripurna yg bermanfaat, bermartabat serta membawa maslahat.

Dan yang ke empat adalah memberi nasehat dengan tulus ikhlas. Nasehat yg tulus dan ikhlas bersumber dari jiwa guru yg mulia. Maka, dalam mendidik  jiwa guru adalah kunci keberhasilan yang paling utama sebagaimana yang telah di nasehatkan olah Dr. KH Abdullah Syukri Zarkasyi MA :

المادة مهمه ولكن الطريقة اهم من المادة

الطريقة مهمه ولكن المدرس اهم من الطريقة

المدرس مهم ولكن روح المدرس اهم من المدرس

Materi pembelajaran  itu penting akan tetapi metode pembelajaran jauh  lebih penting dari materi pembelajaran

Metode pembelajaran itu penting akan tetapi guru jauh lebih penting dari metode pembelajaran

Guru itu penting akan tetapi jiwa guru jauh lebih penting dari guru.

Betapa pentingnya jiwa guru dalam suksesnya pendidikan, sehingga seorang guru harus memiliki jiwa guru. bukan jiwa pedagang yg memikirkan keuntungan, bukan jiwa pegawai yg hanya mengikuti perintah pimpinan. Melainkan,  jiwa guru yang penuh perhatian dan keikhlasan. Salah satu cara membangkitkan jiwa guru adalah dengan meningkatkan kedekatan diri kepada Allah SWT. Dengan melaksanakan amalan-amalan wajib di tambah dengan amalan-amalan Sunnah dan senantiasa mendo’akan murid-muridnya.

Seorang guru yang tidak memiliki jiwa guru akan  gagal menjadi motivator bagi muridnya. Berikut ini beberapa tips seorang motivator yang ditulis oleh M. Zainur rofiq M.Pd.  :

  1. Siap sedia dimana pun dan kapanpun ia dibutuhkan. Hanya guru yg memiliki jiwa guru yang siap sedia dimana pun dan kapanpun dibutuhkan oleh seorang murid. Jika seorang guru acuh tak acuh dengan Masalah yang dihadapi oleh muridnya.Maka,  guru tersebut tidak akan mampu menyelami hatinya dan ilmu yang disampaikan tidak akan masuk dalam hati dan pikirannya.
  2. Mengenali isi hati murid atau siswa melalui raut wajahnya. Hati itu hanya bisa disentuh oleh hati. Seorang guru yg mengajar dengan hati ia akan mampu mengenali isi hati muridnya apakah mereka sedang bahagia atau sedang ada masalah.
  3. Mampu menganalisa muridnya, sehingga dapat dengan mudah memotivasinya. Seorang yang berjiwa guru ia akan memberikan perhatian penuh kepada muridnya sehingga ia mampu menganalisa apa yang sedang dialami oleh murid tersebut dan dengan mudah memberikan bimbingan dan arahan.

Seorang guru yang mengajar dengan jiwa ia akan mampu menjadi motivator bagi muridnya. Karena perhatian, bimbingan dan keikhlasan hati seorang guru adalah bahan bakar yang mampu membangkitkan kesadaran dalam diri murid untuk mempunyai keinginan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kesuksesan dunia dan akhirat.

Wahai para guru jika hari ini sebagai seorang guru kita belum mampu menjadi guru yang mengajar dengan sepenuh hati, dengan sepenuh jiwa dan dengan penuh cinta. Mari kita segera memulainya, mulai dari diri sendiri, mulai saat ini juga. Semoga dengan ketulusan hati dan jiwa guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan bagi murid-muridnya, menjadikan ladang pahala amal jariyah yang terus mengalir hingga ajal tiba.

Berikut sebuah kalimat motivasi  yg sering diungkapkan oleh Prof. Dr K.H Ali Aziz. untuk bisa kita renungkan bersama  “Hidup boleh berakhir tapi pastikan mesin pencetak pahala terus mengalir”. Beruntunglah engkau wahai para guru karena  jasa jasamu dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan kebaikan. Menjadi mesin pencetak pahala yang terus mengalir meski hidup  telah berakhir.

Semoga Allah memberikan rahmatnya kepada para guru-guru untuk mampu mendidik dengan sepenuh jiiwa dan cinta.

Mengajar sepenuh jiwa, mencetak Insan paripurna, yang bermanfaat dan berakhlakul Karimah, menjadi ladang pahala, mengantarkan kita ke surga Allah SWT.” Aamiiin.

Penulis : Nur Azizah, S.Pd.I | Guru PAI SMP BUANA Waru

1 komentar untuk “Mengajar dengan Sepenuh Jiwa | Refleksi Hari Guru”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *