Saatnya Menanam Kebajikan

(oleh H.M.Khoirul Huda, S.Ag, M.HI – Waka Humas SMP BUANA dan Guru Pendidikan Agama Islam)

Di dunia ini, manusia termasuk di dalamnya anak didik, sudah seringkali diingatkan baik ketika di sekolah (oleh guru) maupun di lingkungan keluarga (orangtua), untuk menjadi pelaku dan penegak kebajikan. Ada pepatah yang menyebut “siapa menabur kebajikan, dia akan menuai keberuntungan.” Pepatah ini mengajarkan siapa saja yang hidupnya diabdikan atau dikaryakan demi dan untuk kebaikan, maka dalam perjalanan hidupnya akan banyak dikaruniai keberuntungan, seperti kebahagiaan, kesenangan, ketentraman, dan kesejahteraan.

Menabur dapat ditafsirkan dengan menanam atau investasi, buakn sekedar memberi, jika yang ditabur adalah amal kebajikan. Dari kebajikan yang ditaburkan seseorang kepada orang lain, berarti ia telah memberikan kontribusi besar kepada orang itu suatu kekuatan yang akan memberikan manfaat kepadanya. Kalau yang diinvestasikan adalah harta, maka harta ini dapat menjadi power yang membebaskan orang itu dari beragam kesulitannya, seperti kesulitan menyediakan bahan pangan, kesulitan menyekolahkan anak, dan kesulitan biaya kesehatan.

Muhammad Quthb menyebut sebuah hadits dalam bukunya, Qabasat min al-Rosul:

“Jika kiamat datang, sementara di tangan salah seorang kamu ada biji palem, lalu ia mempunyai kesempatan untuk menanamnya sebelum kiamat terjadi, hendaklah ia tanamkan. Dengan demikian ia akan mendapatkan pahala.”

Hadits ini, menurut Muhammad Quthb, juga memberi peringatan kepada kita bahwa jalan duia dan akhirat itu bukanlah dua jalan yang berbeda. Jalan Allah dalah satu, baik jalan di dunia maupun jalan menuju akhirat. Jalan itu tak terputus oleh ruang, waktu, maupun aktivitas, dan hanya dapat kita tempuh dengan ibadah.

Seseorang yang berstatus beriman, pohon amal tentulah suatu keajaiban di luar batas nalar manusia, karena rak bisa dikalkulasi secara ekonomi. Pertimbangan secara matematis yang dilakukan manusia berkenaan dengan pohon amal yang ditanamnya sulit dicerna secara rasional, karena Tuhan bisa membalasnya atau memberikan imbalan berlipat ganda.

Pohon amal itu akan terus berbuah seiring dengan amal yang diperbuat manusia. Dari satu amal kebajikan yang diperbuatnya, manusia yang terkena target amal ini berarti itu menikmati keberuntungan.

Ketika ia dipinjami modal oleh seseorang dan kemudian dari modal ini mampu mengembangkannya di sektr usaha (bisnis) yang benar, jujur, dan bertanggungjawab, maka si pemberi pinjaman otomatis menerima keberuntungan hidup yang tak ternilai. Pemberi modal telah menanam kebajikan yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

Buah yang bisa dipetik dari pohon amal itu jumlahnya jauh lebih banyak dari yang pernah dibayangkan atau dipikirkan manusia. Hal itu terjadi semata-mata karena kemurahan Allah seperti dijanjikan dalam firmanNya:

“Perumpamaan mereka yang menyumbangkan harta di jalan Allah seperti sebutir bii menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir menghasilkan seratus biji. Dan Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.”(QS Al-Baqoroh:261)

Janji Allah SWT itu tak main-main. Manusia yang memilih jalan sebagai penanam amal kebajikan di dunia, Allah tidak hanya akan membalasnya kelak di akhirat dengan pahala yang besar, tetapi di dunia pun Allah akan membalasnya lebih banyak melebihi taksiran manusia. Sedikit saja kebajikan yang ditanam manusia, Allah akan memberikannya jauh melebihi apa yang sudah ditanamnya.

Dalam firman Allah SWT yang lain disebutkan:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”(QS Al Qashash: 77)

Dalam ayat ini, Allah jelas sekali memerintahkan manusia supaya memperbanyak aktifitas yang positif atau sesibuk-sibuknya selalu dalam mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mencari kebahagiaan (di dalam dunia maupun di akhirat). Manusia tidak boleh mempunyai jiwa stagnan (mandeg), apalagi bersantai-santai.

Manusia dituntut menjadi produsen (giat berkarya atau melakukan inovasi) untuk mencari dan mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya baik untuk kegiatan kesehariannya di dunia maupun masa depannya di akhirat. Manusia yang menyadari bahwa hidup idi duan hanya sebentar, yang sewaktu-waktu bisa dipanggil kapan saja oleh Allah SWT, tentulah hidupnya akan banyakatau dimaksimalkan dalam kerja keras dan memperbanyak pengabdian kepadaNya.

Kebahagiaan hidup tidak akan bisa diperoleh manusia hanya denga bersantai-santai, tetapi melalui kegiatan menanam kebajikan sebanyak-banyaknya. Kebajikan tidak datang begitu saja, tetapi melalui karya atau kerja kerasyang dilakukan manusia. Semaki banyak kebajikan yang ditanamnya, maka semakin banyak pula Allah memberikan karunia yang bisa dinikmatinya.

Menanam kebajikan akan membuat dirinya menjadi “hidup” dalam pandangan manuisa, maupun pandangan Allah. Dirinya tidak akan digolongkan sebagai pribadi yang “mati”, karena kebajikan yang pernah ditanamkannya akan terus memberikan kekuatan yang barangkali tidak disadarinya. Disinlah Allah memaikan peranNya yang sngat besar kepada manusia yang rajin menanam kebaikan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *