Refleksi Hari Raya Idul Adha
Hari raya Idul Adha atau yang disebut juga dengan hari raya Idul Qurban merupakan hari dimana kita di sunnahkan untuk berkurban dengan menyembelih hewan baik berupa domba, sapi atau unta sebagai bukti ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Sebagai hamba yang bertaqwa, penyembelihan hewan pada hari raya Idul Qurban hendaknya menjadi simbol ikhtiar dan tekad kita untuk membuang sifat-sifat kebinatangan yang masih menempel pada diri kita.
Sifat-sifat kebinatangan yang terkadang masih menempel dalam diri kita, agar mudah bagi kita mendeteksinya kemudian membuangnya. Prof. Dr. Ali Aziz dalam bukunya yang berjudul ” Bersiul di tengah badai” menyebutkan bahwa sifat-sifat itu antara lain :
Pertama, sifat binatang yang hidupnya hanya bersenang-senang, binatang hanya mencari kenikmatan dan kepuasan jasmani tanpa memenuhi kebutuhan Ruhani. Mereka tidak tahu bahwa akan ada kehidupan setelah kematian.
Kedua, binatang membuka semua tubuhnya. Sehingga manusia yang cara berpakaiannya seperti telanjang dengan menonjolkan paha, perut dan dadanya, mereka seperti binatang yang membuka seluruh tubuhnya.
Ketiga adalah sifat Rakus. Manusia yg rakus, mereka seperti monyet yang meloncat-loncat mengejar dan merebut makanan temannya padahal ia sendiri telah memegang makanan. Dunia dengan segala isinya sudah cukup di sediakan Allah untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seorang yang rakus.
Yang ke empat, binatang melakukan Sex bebas tanpa ikatan pernikahan. Manusia yang melakukan seks bebas seperti binatang yang tak tahu malu, mereka melampiaskan seksnya di depan umum dengan berganti-ganti pasangan.
Dan kelima sifat binatang yang suka berteriak-teriak tanpa tujuan yang jelas seperti keledai. Semua suara hewan adalah tasbih kecuali ringkikan keledai dengan suara yang melengking. Allah membenci orang yang berperangai kasar, sombong dan berteriak di pusat-pusat keramaian seperti keledai.
Sifat-sifat kebinatangan yg masih melekat dalam diri manusia ini telah memakan banyak korban. Sebagai akibat dari kerakusan dan keserakahan manusia menyebabkan korban bencana alam, kemiskinan, kekerasan, penindasan dan ketimpangan sosial. Akibat manusia yang menuruti nafsu birahinya terjadilah korban pelecehan seksual dan kebejatan moral serta masih banyak korban lainnya yang tidak bisa saya sebutkan. Melainkan mari kita renungkan bahwa sebenarnya manusia terlalu mulia untuk di korbankan.
Sebagaimana pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim dalam mengorbankan Nabi Ismail. Allah SWT menggantinya berupa domba dari Surga. Itulah bukti kemuliaan manusia yang tidak sepatutnya untuk dikorbankan atau dijadikan tumbal atas keserakahan manusia lainnya.
Melalui moment Idul Qurban ini, saatnya kita introspeksi diri. Adakah sifat-sifat kebinatangan yang masih kita miliki? Jangan sampai anak-anak kita, murid-murid kita, saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita menjadi korban atas ambisi dan kerakusan kita untuk mendapatkan jabatan, kekuasaan, kehormatan dan kenikmatan dunia yang sementara.
Mari kita buang sifat-sifat kebinatangan kita !!! ” Semoga Allah SWT meridhoi dan merahmati kita semua menjadi manusia seutuhnya.” (Nur Azizah, S.Pd)